Senin, 03 Mei 2010

Serunya Melempar Adonan Pizza ke Udara!


Jakarta - Kalau hanya memijat adonan pizza, itu sih biasa. Tapi bagaimana jika membuat adonan pizza sambil dilempar ke udara? Hmm.. ini baru berbeda. Alhasil pizza berukuran hampir satu meter pun di dapat. Icip-icip kulit pizza kriuk renyah sambil menyaksikan aksi akrobat sang chefpun jadi asyik. Hmmm...Mamma mia!

Meskipun Sabtu kemarin beberapa ruas jalan di Jakarta di tutup, tapi tidak menyurutkan minat peserta cooking class pagi kemarin. Pukul 10.00 pagi para peserta mulai berdatangan. Open kitchenScusa Italian Restaurant yang berlokasi di Hotel Intercontionental Jakarta MidPlaza sudah siap menyambut para peserta.

Cooking class dibuka oleh Antonio Massagli, Italian chef Scusa, berhubung sang Master Pizza Maker dari Sicily, Pasqualino Barbasso sedikit kesulitan dalam berbahasa Inggris. Dengan menebar senyum ramahnya, chef Antonio mengajarkan membuat Cannoli ala Siciliana.

Baru saja menjelaskan bahan-bahan apa saja yang diperlukan, seorang peserta langsung menodong sang chef dengan beberapa pertanyaan. "Plain flour itu apa chef? Lalu biasanya merk apa yang digunakan?" tanya seorang peserta. Sambil tersenyum chef Antonio pun menjawab pertanyaan satu persatu.

Melihat chef Antonio yang menguleni adonan dengan tangan, pertanyaan pun kembali terlontar. "Untuk mengaduk adonan boleh pakai mesin gak chef?" ujar peserta penuh selidik. "Sebaiknya saat menguleni adonan gunakan tangan karena yeast yang digunakan adalah organisme hidup. Perlakukan seperti makhluk hidup juga, don't be a killer!" kelakarnya yang membuat semua peserta tergelak.

Canolli ala Siciliana ini diberikan isi keju ricotta, buah-buahan kering, dan juga pistachio. "Sebaiknya gunakan keju Italia ya Bu, karena kandungan airnya lebih sedikit jika dibandingkan keju lokal," demikian penjelasan Chef Antonio sambil mengaduk adonan untuk isi Canolli.

Canolli selesai, kelas pun beralih kepada Pasqualino Barbasso. Sang chef tamu ini telah berkeliling ke beberapa negara karena prestasinya dalam juara dunia 'acrobatic pizza'.Pasqualino menjelaskan dasar pembuatan dough atau roti untuk pizza. Adonan yang dibuatnya dibagi dalam dua jenis, adonan tradisional Italia yang menggunakn sedikit yeast dan yang menggunakan lebih banyak yeast.

Peserta diajak untuk membedakan perlakuan terhadap kedua jenis dough tersebut. "Dough dengan yeast lebih banyak lebih cepat kalis dan mengembang," ujarnya. "Tapi pastikan kalau dough tidak terlalu cepat mengembang ya," pesannya sambil asyik menguleni adonan pizza dengan tangan. Tampilan sang chef memang lebih mirip atlet dengan otot lengan yang kekar dan kuat.

Secepat kilat salah satu peserta langsung bertanya " Kenapa chef?". Ternyata, kalau terlalu cepat mengembang adonan akan memiliki pori-pori yang besar dan akibatnya kulit pizza jadi mudah sobek. Melihat Pasqualino yang dengan mudah dan cepat menguleni adonan menggelitik seorang peserta untuk bertanya.

"Kok kayanya gampang dan cepat yah ngulenin nya, saya pernah coba di rumah sampai 1,5 jam gak kalis-kalis loh!" tanya nya penasaran. Hampir bersamaan Antonio dan Psqualino menjawab, "Dalam membuat adonan pizza, harus dengan hati yang senang, pikiran rilkes, dan jangan menguleni terlalu kuat."

"Adonan kulit pizza yang menggunakan resep tradisional mengembang lebih lambat, karena yeast yang digunakan lebih sedikit. Sehingga butuh diistirahatkan selama 6 jam sebelum digunakan," jelas Pasqualino masih sambil mengedarkan adonan yang siap dibentuk pada peserta.

Setelah Pasqualino memberikan contoh, acarapun dilanjutkan dengan praktek menipiskan adonan. "Adonan bisa digiling menggunakan penggilas kayu. Tapi pastikan kalau penggilas kering dan bersih," ujar pasqualino sambil memberikan adonan yang akan digilas oelh peserta.

"Wah kayaknya tadi gampang ya..ternyata perlu tenaga juga," komentar seorang peserta yang sibuk memijat kencang adonannya. Tahap akhir justru paling mengasyikan. Pasqualino sesekali melemparkan adonan ke udara yang langusng diikuti oleh peserta.

Hasilnya? Kulit pizza pun berlubang dimana-mana. Ada juga yang terlalu tinggi melemparnya. Dengan senyum lebar, chef Pasqualino dan juga Antonio memberi 'pertolongan'. "Wouw...ini mau bikin pizza oval ya," demikian candanya diiringi gelak tawa peserta. Adonan yang berlubangpun dengan sekali cubit dan gilas jadi mulus kembali. Tepuk tangan pun mengiringi aksi atraktif sang chef.

Membahas topping pizza pun tak kalah menariknya. Pizza Napoletana STG yang populer dengan topping tomat dan buffalo mozarella. Bagaimana memilih keju yang sebaiknya digunakan juga dibahas tuntas. Kemudian dilanjutkan dengan Pizza Aapori di Bosco, yang memakai topping tomat, mozarella, mixed forst mushroom, sosis dan spicy salami.

Tak terasa waktu sudah lebih dari pukul 12.00 siang. Seluruh peserta masih asyik mengupas habis perihal pizza Italia ini pada sang ahli. Aroma wangi pizza yang dikeluarkan dari ovenpun mulai menggeltik hidup. Setelah mencicipi beberapa potong pizza sebagai makan siang, pesertapun diajak melihat atraksi akrobat pizza dari Pasqualino.

Di tengah panggung dengan iringan hentakan musik, Pasqualinopun mulai beraksi. Dari satu adonan kecil yang dilempar, sambil berguling,bergerak lincah bagai penari hingga 2-3 adonan sekaligus ditipiskan dan dilempar ke udara. Sampai akhirnya, adonan besar pizzapun dibentuk hingga tipis selebar lebih dari 1 meter. Sang chefpun bagai berselimut adonan saat memutarnya!

Tepuk tangan dan decak kagum peserta tak henti-hentinya terlontar. Aksi bergaya bersama sanga chef yang tengah beraksi pun jadi sasaran bidik kamera peserta. Pesertapun asyik berfoto ria dengan sang chef. Acara akhirnya benar-benar ditutup dengan menyantap pizza hangat.